Kayutangan, Antara Mimpi dan Polemik yang Tak Berujung

- Sabtu, 22 Januari 2022 | 13:01 WIB
Kayutangan.
Kayutangan.

Kayutangan, saat ramai dipergunjingkan di kalangan masyarakat Kota Malang, terkait pertanyaan mau dibawa kemana Kayutangan, membuat banyak kalangan kembali membuka lembar historis yang mendasari terbentuknya kawasan Kayutangan sebagai icon yang selama ini sempat terlupakan.  Kayutangan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Kota Malang tempo dulu, dimana Kayutangan tempo dulu merupakan bangunan perkotaan elit.  Dari data historis dari sebuah buku pinjaman seorang kawan yang berjudul De Gids Voor Malang en Omstreken yang terbit tahun 1924, terdapat sebuah fakta dimana Kayutangan menjadi pusat bisnis pada jamannya.  Disana berjejer toko-toko besar seperti toko V. O. S yang menjual peralatan sepeda, alat musik, alat olah raga serta lampu-lampu gas, serta adanya tempat bersantai untuk para donjuan (kaum elit Belanda) yang bernama Malang Toilet Club, yang juga dipakai tempat potong rambut untuk para donjuan, dengan si pemotong rambut adalah mantan tukang cukur Yang Mulia Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr.Fock. Ditambah adanya parfum-parfum produk Houbigant, Coty dari Prancis, dan berbagai macam anggur dari Italia, menjadikan legalisasi bahwa kawasan ini memang sebuah kawasan bisnis elit di masa Hindia Belanda. Akan tetapi pada masa pendudukan Jepang, Kayutangan berubah menjadi alat propaganda anti kolonialisme jepang melawan Belanda dimana dilakukan dekolonisasi dalam bentuk pengambilalihan ruangan-ruangan di Kayutangan untuk kepentingan Bumiputera.  Hingga pada saat Indonesia merdeka, posisi Kayutangan tetap menjadi nilai yang strategis sebagai arena perebutan ruang kota untuk kepentingan nilai, yang  pada era 70–an, nama Kayutangan berganti menjadi Jalan Basuki Rahmah, dan sejak saat itu hilanglah Kayutangan sebagai identitas Kota Malang.  Dari sekelumit cerita di atas, tersirat begitu banyak kepentingan penguasa di sini, Kayutangan bak seorang wanita yang setiap pria berhasrat untuk menyetubuhinya,dan itu pula yang terjadi hingga saat ini dimana pembangunan kayutangan sebagai kawasan heritage kota malang selalu menjadi polemik dan perdebatan. Mengembalikan bentuk Kayutangan menjadi sebuah kawasan heritage serta menjadi icon kota sebagaimana Jl. Malioboro Jogja, Jl. Dharmo Surabaya, dan Jl.Braga Bandung adalah sesuatu yang baik dan patut didukung oleh semua pihak. Terlebih saat ini Kota Malang telah kehilangan icon yang bisa dibanggakan, namun tentunya semua harus diawali dari niat ikhlas untuk mengembalikan icon historis Kota Malang dan bukan sekedar syahwat politis sesaat.  Polemik terkait dengan dugaan korupsi yang sempat mencuat, hingga adanya dugaan bagi-bagi anggaran project merupakan persoalan tersendiri yang hingga kini menjadi pertanyaan dan perbincangan semua orang. Bahkan hingga munculnya penghentian penyelidikan dugaan korupsi oleh Kejaksaan Negeri Kota Malang pada juli 2020, dengan alasan cost (biaya) penyelidikan lebih besar dibandingkan kerugian negara yang ditimbulkan, tentu menjadi tanda-tanya di masyarakat, terlebih masyarakat saat ini sudah pandai dan bisa menilai atas dasar informasi digital yang dimiliki. Selain itu terkait konsep Kayutangan yang hampir mirip Malioboro, juga sempat menjadi sorotan dan ramai di warganet, pasalnya masyarakat menilai Pemerintah Kota Malang kesannya tidak pernah melakukan studi akan kayutangan sehingga terkesan asal jiplak, juga masih belum terjawab tuntas hingga saat ini, serta masih banyak lagi hal-hal yang menjadi pertanyaan masyarakat tentang bagaimana Kayutangan kedepan. Akankah pembangunan Kayutangan akan memberikan dampak positif bagi warga Kota Malang dan para pelaku usaha di dalamnya, ataukah Kayutangan hanya akan menjadi alat pemuas syahwat penguasa. Karena yang masyarakat tahu semua diam dan hanya bertahan pada argumen dan apologi masing-masing saat berbicara Kayutangan. Sehingga wajar jika masyarakat bertanya untuk siapa dan kepentingan apa dibalik pedestrian Kayutangan heritage yang hingga detik ini menjadi polemik. (*/fit) *Penulis: Y. Lukman Adiwinoto, SE (Ketua Umum Ngalam Media Center)

Editor: Jatim Hari Ini

Tags

Terkini

Eigenrichting, Tindakan Polres Nganjuk Sudah Tepat

Selasa, 14 Maret 2023 | 16:00 WIB

Dikit-dikit OTT Koruptor Bikin Negeri Jelek

Kamis, 22 Desember 2022 | 10:06 WIB

Sekda Baru, Harapan Baru

Selasa, 20 Desember 2022 | 22:08 WIB

Belajar yang Menyenangkan Dengan Media Gertak

Kamis, 24 November 2022 | 17:14 WIB

Pembangunan Desa Masih “Setengah Hati”

Kamis, 24 November 2022 | 13:26 WIB

Resesi Global 2023: Lumajang Relatif Aman

Sabtu, 12 November 2022 | 13:47 WIB

‘Tikus–Tikus’ Tambang Emas di Banyuwangi

Minggu, 26 Juni 2022 | 22:22 WIB
X