Lumajang, Jatim Hari Ini - Widi Septian Ariansyah, warga Jalan Salak, Desa Karangsari, Kecamatan Sukodono, kelahiran 21 Januari 2006, semasa hidupnya dikenal sebagai pribadi yang supel, mudah bergaul dan banyak teman. Sebelum kepergiannya, Ia sempat berpesan kepada temannya bahwa Ia tidak bisa bermain lagi. Sebut saja Ridho, teman sepermainan Widi menceritakan, sebelum kejadian, dirinya sempat video call (VC) dan hendak nongkrong di rumah Widi sekira pukul 20.00 WIB. Namun, Widi saat itu sedang nongkrong di salahsatu warung kopi di Desa Grati, Kecamatan Sumbersuko. “Waktu VC itu dia bilang ngopi di Grati, sambil geleng-geleng kepala mendengarkan musik Mas, seperti melucu itu wes,” ungkap Ridho ketika ditemui jatimhariini.com, Jum’at (23/7/2021). Ia bersama Widi sering berkomunikasi lantaran sama-sama suka memodifikasi motor. Meski begitu, Widi kepada teman-temannya tidak pernah menceritakan jika memiliki masalah. Menurutnya, meski memiliki banyak teman tapi Widi tidak pernah neko-neko. “Kalau pacaran nggak pernah, minum-minum juga nggak, biasa ae. Tapi dia sempat pamit ke temannya tidak keluyuran lagi,” ujarnya. Sementara di mata keluarga, Widi kesehariannya tidak banyak bicara dan lebih banyak diam ketika di rumah. Jika keluar rumah pun hanya sekedar ngopi dan nongkrong bersama teman-temannya. Pihak keluarga sebelum kejadian juga tidak mendapat firasat apa-apa. “Paling cuma ngopi itu, tidak pernah pulang sampai larut malam. Kalau bukan teman akrabnya, dia tidak mau diajak keluar,” kata Hendrik Wahyudi, kakak kandung korban saat ditemui jatimhariini.com di kediamannya. Sebelumnya, Widi pernah ikut anak-anak punk namun sudah lama berhenti semenjak kepergok kakaknya. Meski begitu, ada saja yang mengajak Widi untuk kembali jadi anak punk, tapi terus ditolak Widi. “Mungkin ada yang tersinggung karena anaknya ndak mau gabung. Dia juga tidak pernah cerita jika ada masalah dengan temannya,” katanya. Pihaknya juga berharap agar pelaku segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya. Apalagi pelaku melakukan hal itu dengan sangat keji kepada anak di bawah umur. “Kalau pun ada 5 pelaku, harus dihukum seberat-beratnya. Hukum mati sekalian, karena ini soal nyawa anak di bawah umur. Terutama yang mengajak Widi keluar rumah,” harapnya dengan mata berkaca-kaca. Sementara Kades Karangsari, Sugiyantoro juga sangat menyayangkan kejadian yang menewaskan warganya itu. Pihaknya juga siap membantu kepolisian, supaya bisa mengungkap pelaku sesegera mungkin. “Bukan pihak desa saja yang prihatin, semua pihak juga harusnya ikut prihatin karena ini menyangkut anak di bawah umur,” tutur Kades Karangsari. Untuk memberi semangat kepada keluarga korban, pihaknya akan memberikan dukungan baik moril maupun materiil. “Nanti kita beri santunan juga, agar keluarganya tetap semangat,” pungkasnya. (rus)